Minggu, 13 Juli 2008

yogyakarta

Hari masih pagi ketika adjie menginjakkan kaki di stasiun Tugu. Maklum saja, kereta yang adjie naiki adalah kereta pertama. Stasiun masih sepi, toko –tokopun belum ada yang buka.
adjie duduk sebentar melepas lelah.
“ krek…” , bunyi pintu loket dibuka. Terlihat seseorang keluar dari balik pintu tersebut.
Terlihat kerutan-kerutan diwajahnya. Beliau memandang dan tersenyum,
“selamat pagi pak ilham…”, sapanya ramah.
Orang tersebut mendekati sambil menyipitkan matanya,“ nak adjie…”, serunya.
“apa kabar pak…?”
“ya ampun nak adjie… Saya kira kita tidak akan bertemu lagi…”
“mana mungkin saya gak pengen ketemu bapak lagi… bapak sudah seperti bapak saya sendiri…”
Pak ilham tetap seperti waktu terakhir adjie melihatnya, walaupun gurat-gurat diwajahnya bertambah dia tetap orang yang adjie kenal dulu, ramah dan bersahaja. Setelah dirasa cukup bernostalgia dengan beliau, adjie mohon pamit, karena adjie rasa beliau pun harus menyelesaikan pekerjaannya.

@
Keluar stasiun, adjie memilih menaiki bus trans jogja.
“ wach, 4 tahun ninggalin jogja, seperti 100 tahun aja…aku kangen banget sama oseng-oseng mercon…apalagi mieNya pak pele…”
“maknyus…” , batinnya.

@
Begitu sampai di hotel dan check in adjie langsung menuju kamar untuk istirahat.
Terdengar suara hpnya memanggil, ibu…
“ assalamualaikum le… Sudah sampai tho… Bagaimana perjalananmu?”
“ waalaikumsalam bu… Alhamdulilah tadi keretanya lancar…Ini baru sampai di hotel… tadi ketemu pak ilham di stasiun… jadi ngobrol2 sebentar bu…”
“ itu lho bu, tukang bersih2 stasiun yang pernah adjie kenalin sm ibu…”
“ iya bu… oy, ibu minta oleh-oleh apa? Insya allah nanti siang adjie mau jalan2 ke malioboro…”
Adjie menyingkap tirai kamar dan memandang kota jogja dri kejauhan.
“ ya wes kl ibu maunya gitu… nggih bu… waalaikumsalam…” , tutup adjie.

@
Keluar hotel, adjie memilih naik bus trans jogja lagi, lumayan fikirnya. Sepertinya siang itu bus sedang sepi penumpang, adjie jadi lebih leluasa memilih tempat duduk. Ia duduk di bangku penumpang paling depan.
Bus berhenti di halte kedua, beberapa murid SMA naik dan Adjiepun turun.

@
Adjie menyusuri jalan malioboro, “ dari dulu malioboro gak pernah berubah… masih seperti yang dulu…”.
“ dulu aq pernah janji untuk datang lagi kesini sama dia, tp sekarang, ternyata aq datang sendiri…”.
“ adjie…!!!!!”.
Suara itu membuyarkan lamunan adjie.
“ baskara ? “, pekik adjie.
Lelaki itu menghampiri adjie dan memeluknya, wajah keduanya terlihat sumringah.

@
Mereka cari tempat yang enak untuk ngobrol, dan saling melepas kangen.
Baskara, salah satu teman dekat adjie semasa kuliah dulu. Satu jurusan, dan satu kos-kosan. Selesai kuliah, mereka lost contact karena adjie harus melanjutkan beasiswa S2nya di Australia. Dan baskara, dengan gelar Insinyurnya diterima di sebuah perusahaan swasta di jogjakarta.

“ oy, sory… gw telat tahu masalah loe sama irene…”
“ gpp.. itu jg udah lama…. Gw rasa dia pasti bahagia sama suaminya sekarang…”, jawab adjie santai walau hatinya terasa sedikit perih.
“ suami ? “, Tanya Baskara bingung.
“ iya, suami…”
“memanknya loe gak diundang ke acara nikahannya ?”
“ e..o.. di undang sih… Cuma gw gak datang… waktu itu gw lagi ada tugas luar kota…”, jawab Baskara gugup.
“ooo… tinggal dimana dia sekarang ?”
“ waduh, gw gak begitu tahu jie…”
“ loe masih sayang ya sm dia…?”, sahut baskara.
Adjie diam, “ kl masalah sayang, sampai detik ini belum ada yang bisa ganti posisi dia di hati gw… sm kaya’ loe yg cinta mati sama wilda… Cuma bedanya, sekarang wilda udah jd istri loe… kl gw ngga’…”.
“ kasihan adjie… gimana kalau sampai dia tau yang sebenarnya….”, batin baskara.
“ oy, loe bisa ngga’ nganterin gw ke rumah Irene? Wilda pasti tahu alamat rumah Irene… Gw pengen ketemu sebentar…”, ucap adjie.
“ Ha ? “
“ anterin gw bentar… “
“ ayolah….” , mohon adjie.
Baskara bingung.
sebenarnya baskara bisa saja ngomong, tapi dia nggak enak hati liat sahabatnya.

@
“ loe yakin ini rumahnya Bas ?”, tanya adjie ketika mereka telah sampai di daerah Keraton.
“ menurut alamat yang dikasi wilda sih ini rumahnya…”
“ kita coba tanya aja djie…”, jawab Baskara turun dari mobilnya.

@
Adjie dan Baskara dipersilahkan duduk oleh seorang abdi dalem yang mereka temui didepan rumah orang tua Irene.
“ silahkan tunggu sebentar ya mas, saya panggilkan bapak dulu…”, yang diikuti anggukan adjie pelan.
Di dinding rumah terpampang foto-foto Irene, adjie semakin nggak bisa ngelupain wajah dan senyuman Irene. Tapi kok gak ada foto Irene sama suaminya, sama anaknya apalagi…batin adjie.
“ ehm…”.
Adjie membuyarkan lamunannya, dan membenarkan posisi duduknya.
“ selamat siang pak…”.
“ saya Baskara dan ini teman saya Adjie…”, sapa Baskara.
“ hm…maksud kedatangan saudara ini apa ya… langsung saja…”, jawab Ayah Irene dingin.
Tangan adjie disikut Baskara.
“ loe dong yang ngomong, masa’ gw..”, bisik Baskara.
Adjie menceritakan sipa dirinya dan maksud kedatangannya.
“brak..!”, bunyi meja dipukul.
“ jadi sampean ini yang namanya adjie !! berani-beraninya sampean nginjakkan kaki dirumah saya ! ”
Adjie panik, tapi ia berusaha tenang.
“ ada apa tho pak kok marah-marah…”, ucap seorang ibu keluar.
“ ini bu’, ini yang namanya adjie…!! Yang sudah membuat kita kehilangan Irene..!!”
“ maaf bu’, saya kesini hanya ingin…”
“ alah!! Sampean itu ndak tahu apa-apa.. lebih baik sampean pulang !”
“ jangan kasar begitu tho pak… sabar.. sabar..”, ucap ibu Irene mengelus dada suaminya.

“ maaf bu..pak.. kalau kedatangan teman saya ini mengganggu..
Tapi teman saya ini hanya ingin tahu yang sebenarnya..”, Baskara angkat bicara.
Ayah Irene diam, kemarahannya sudah di ubun-ubun.
“ le.. kamu ini masih sayang tho sama Irene? “, Tanya ibu Irene.
“ maaf bu sebelumnya kalau saya lancang, saya memang masih sayang sama Irene.. tapi saya tahu itu sudah tidak mungkin…dan…”
“ apa kamu siap ketemu Irene?”, Tanya ibu Irene lagi.
Adjie diam…
“ saya hanya ingin ketemu sebentar dengan Irene.. saya janji tidak akan mengganggu hubungan mereka…”
“ ya sudah kalau memang itu mau kamu… ibu akan antar…”.

@
Sepanjang jalan bibir adjie serasa dikunci, banyak hal yang ingin ia tanyakan tapi ibu Irene memintanya untuk tidak mengeluarkan sedikitpun pertanyaan atau pernyataan.
Kenapa ke pemakaman sih.. apa jalan kerumah Irene harus melewati tempat ini…batin adjie.
Terlalu banyak pertanyaan dibenak adjie sampai tidak sadar dan menubruk Baskara didepannya.
“ kita sudah sampai…kamu boleh bicara sekarang…”, suara ibu Irene memecah kesunyian sore itu.
“ kita kan mau ke …”
Belum selesai adjie bicara, tangan ibu irene menunjuk pusara didepannya.
Pandangan Adjie mengikuti arah tangan itu, sebuah nama tertulis rapi di nisan itu, R.A. Irene Cahyaning Kusmoro.
“ kamu ingin ketemu Irene kan? Disinilah selama ini Irene tinggal…”
Adjie diam, raut mukanya dingin, tak ada yang bisa ia lakukan.
“ Irene meninggal sehari sebelum pernikahan yang telah kami persiapkan…”

@
“ Irene nggak mau menikah ayah… Irene sudah punya calon sendiri…”
“ calon? Calonmu itu orang biasa… ayah sudah pilihkan pemuda yang cocok dengan derajat keluarga kita…”
“ yang jalani itu Irene yah.. jadi biarkan Irene yang pilih sendiri..ayah nggak berhak ikut campur…”
“PLAK..”, sebuah tamparan melayang ke pipi Irene.
“ dasar anak tidak tahu diuntung..!!”
“darsa..!!”
“ seret dia kekamar dan kunci pintunya..!!”, teriak sang ayah memerintah.
“ Irene janji! Ayah akan menyesal telah melakukan ini.!! ”

@
“ pagi itu ketika ibu mau mengantarkan makanan kekamarnya, ibu lihat….”, ibu Irene nggak sanggup melanjutkan .
Lutut adjie lemas dan terpekur didepan pusara Irene, “ kenapa ren.. kenapa kamu tega nglakuin ini… aku ikhlas kamu nikah sama orang lain..
Karena aku kamu begini..”
Tangis adjie meledak.

@
Adjie kembali ke hotel dengan tampang lusuh. Sepanjang perjalanan ia hanya bisa menangis dan menangis.
Akhir perjalanannya di yogakarta berakhir sedih. Ia fikir ia bisa bertemu dengan Irene meskipun bukan sebagai istrinya. Tapi semua diluar rencana. Yang ada hanya, tangis.


THE END

Minggu, 29 Juni 2008

kasian dech kita....

24-25 juni kemarin sekumpulan mahasiswa berunjuk rasa di depan kantor DPR / MPR jakarta. mereka mengamuk, merusak pagar kantor dan membakar sebuah mobil plat merah ditengah jalan. mereka pikir, apa yg mereka lakukan itu benar? berlagak seperti seorang pahlawan ( "pahlawan kesiangan" ) kl aku boleh bilang. berlagak seolah mereka bisa membuat negara ini menjadi lbh baik.
apa sih tugas seorang pelajar ? terutama seorang mahasiswa. derajat pendidikan paling tinggi diantara yg lain tp yg bisa dilakuin cuma demo..demo..dan demo...pendidikan dan moral di negeri kita ini sngt" bobrok... dan itu seharusnya yg dibenahi oleh kita sebagai calon penerus.
emank mereka pikir gmpng tgas seorang kpl negara?
susah tau....
coba dech suruh mereka sehari...aja buat mimpin negara ini...
tmbah kacau tuch....
apa kata dunia ???
hehehe......
( aku menulis ttg hal ini bukannya sok jagoan atau sok pinter.
aku cuma kasian liat indonesia yg semakin hari semakin gak jelas...)

Kamis, 29 Mei 2008

sebuah pilihan

hidup adalah sebuah pilihan. itu kayaknya udah kodrat yg nggak bisa dirubah. iya nggak sih?
knp sih tuhan ngasi kita pilihan dlm ngejalanin hidup ini ? mungkin jawabannya, biar hidup kita lebih berwarna. coba deh bayangin kalau kita nggak pernah dpt pilihan. misalnya.... contoh paling gampang deh, pacar atau pasangan hidup. kebayang nggak sih kalau kita nggak bisa milih pasangan yg menrut kata hati kita? kita cuma bisa milih yg ada aj donk.. kl nggak sesuai sm kata hati kita, kita bisa blang ap? truz mkann..kl cuma ad bakso di dunia ini, lama2 wjah org2 di dunia ini bkal bulat kaya' bakso..hehehe....
tapi nggak semua pilihan itu bsa kita dapetin. dan belum tentu jg pilihan yg kita ambil adlh yg terbaik.
itu semua kembali ke diri kita msing2. gmn kita memaknai hidup ini.

Selasa, 27 Mei 2008

aku sayang kalian

aq lahir ke dunia tanpa suatu apapun yg aq miliki. aq besar ditangan kedua orang tuaku dan lingkungan yg mengajariku ttg kehidupan. apa yg menurut mereka adlah benar akan ku lakukan. Saat aq belum bisa apa-apa, orang tua yg melakukan semuanya, mandi, makan, sampai hal kecil lainnya.menginjak masa remaja, aq tetap belum bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua. minta uang jajan, minta dibelikan mainan. 

memang kewajiban orang tua untuk menyenangkan hati anaknya. tapi apakah dengan begitu kita bisa seenak perutnya menuntut semua dari orang tua.

apa sih selama ini yg udah kita berikan kepada kedua orang tua kita ?
apa itu udah cukup bukti bahwa kita sayang mereka ?

pernah nggak sih kita sadar, berapa bnyak airmata yg mereka keluarkan demi kita. berapa banyak senyuman yg pernah tersungging di bibir mungilnya.
apapun akn mereka lakukan asal kita bahagia.

aq suka sedih kalau ngeliat para lansia di panti jompo. dimana sih anak mereka ?
sampai hatinya meninggalkan orang yg ngebesarin kita, yg ngelahirin kita dgn taruhan nyawa. apa itu balasan seorang anak untuk orang tuanya?
apa itu yg bisa kita berikan untuk mereka?
setelah perjuangannya menjadikan kita orang yg berhasil, apa mereka tidak boleh ikut merasakan kebahagiaan itu?

aq sayang ayah... aq sayang ibu...
aq sayang kalian sekarang dan selamanya.

Minggu, 25 Mei 2008